Belajar dari Kisah Emas dan Tanah
Suatu hari, Emas dan Tanah saling bertemu, kemudian terjadi sebuah percakapan singkat diantara keduanya. Emas berkata pada tanah dengan nada yang sombong, “Coba lihat pada dirimu, kotor, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilat seperti aku..?? Apakah engkau berharga seperti aku.. ??” Dengan tenang dan bijak Tanah pun menjawab, "Memang, aku tidak mengkilat seperti dirimu, aku kotor, dan diinjak-injak oleh banyak orang, akan tetapi Aku bisa memberi kehidupan pada bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon dan menjadi pijakan bagi orang-orang.” Mendengar itu, Emas pun terdiam seribu bahasa.
Dalam hidup ini banyak orang yang seperti Emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi orang lain. Sukses dalam karier, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli. Tapi ada juga yang seperti Tanah. Posisinya biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapan pun, ia dapat menumbuhkan berbagai pohon dan bunga yang sangat berguna bagi manusia. Ia memiliki sifat rendah hati, rela diinjak-injak untuk dijadikan sebagai pijakan.
Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain. Jika keberadaan kita bisa menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar-benar bernilai. Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain. Apalah arti kemakmuran bila tidak berbagi pada yang membutuhkan. Apalah arti kepintaran bila tidak memberi inspirasi di sekeliling kita. Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima.
Jadilah pribadi yang selalu memberikan manfaat dan kebaikan bagi sesama, bukan justru mementingkan diri sendiri atau minimal tidak merugikan dan menyusahkan orang lain.

Posting Komentar untuk "Belajar dari Kisah Emas dan Tanah"